Dalam buku ‘Harmoni dalam Manajemen’, James L. Hayes, ketua perhimpunan manajemen Amerika, memaparkan pengertian tentang penerapan harmoni manajemen secara sederhana bagaikan keterpaduan setiap alat musik dalam suatu orkestra. Ketika bermain suatu instrumen dalam orkestra, biola misalnya, hendaknya peka juga terhadap setiap instrumen lain yang dimainkan. Orkestra merupakan kesatuan konser musik dari setiap instrumen yang padu dan utuh, bukannya kumpulan pribadi-pribadi yang bisa memainkan instrumennya masing-masing dengan baik.
Sama halnya dengan organisasi yang terstruktur dalam suatu manajemen. Organisasi tersebut juga terdiri atas berbagai elemen fungsional yang berbeda-beda. Terdapat bagian keuangan yang mengatur arus kas, biaya, pendapatan, serta kebijakan-kebijakan keuangan lain dalam organisasi. Bagian pemasaran, produksi atau operasional, maupun sumber daya-sumber daya organisasi lainnya yang telah memiliki fungsional masing-masing. Harmoni manajemen yang baik adalah bagaikan kesatuan konser musik tersebut. Manajer -sebagaimana halnya pemain musik dalam orkestra- harus bisa memadukan ‘permainannya’ dengan permainan dari bagian-bagian lain dalam organisasi tersebut.
Terdapat banyak anggapan yang cenderung menonjolkan bagiannya masing-masing. Bagian pemasaran yang menganggap “semua usaha yang dilakukan oleh organisasi belumlah ada artinya jika kita belum berhasil melakukan penjualan”. Bagian keuangan yang menganggap dana adalah bagaikan darah kehidupan bagi organisasi. Serta berbagai anggapan dari bagian-bagian lain dalam organisasi yang dapat menimbulkan rasa tinggi hati. Hal ini dapat merusak harmoni dalam manajemen bagaikan orkestra yang anggota-anggotanya memainkan instrumennya masing-masing yang dianggap paling unggul.
Dampak bagi organisasi terhadap kondisi yang seperti ini adalah tidak dapat bertahannya suatu organisasi dalam jangka panjang secara berkesinambungan, karena orientasi organisasi hanya pada pencapaian masing-masing bagian saja. Pencapaian yang diharapkan stakeholder hanya mengacu pada keberhasilan tahun demi tahun. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan rasa aman untuk jangka panjang dalam organisasi, sehingga menyebabkan terjadinya perpecahan antar bagian. Jika kondisi seperti ini terjadi pasa saat lingkungan yang penuh tekanan, maka perpecahan itu akan semakin parah dan kelangsungan organisasi juga akan sulit dipertahankan.
Penerapan harmoni dalam manajemen membutuhkan pemimpin yang memiliki visi jangka panjang untuk menjaga integritas organisasi, serta diikuti keterpaduan setiap elemen organisasi dalam membangun pemahaman baru untuk mencapai sasaran bersama. Setiap elemen memiliki peran yang berbeda, namun untuk menuju sasaran yang sama, setiap elemen harus peka terhadap kontribusi elemen lain dan melupakan anggapan pribadinya, barulah harmoni manajemen akan tercapai.
Simpulan:
Penerapan harmoni manajemen yang baik adalah keterpaduan setiap elemen dalam suatu organisasi dengan fungsionalnya masing-masing menuju tujuan bersama.