baron

mahasiswa universitas karimun

Laman

Minggu, 11 Desember 2011

Selasa, 22 November 2011

Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Format Proposal Kajian Pustaka
1.   Latar Belakang Masalah
Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah.

2.   Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dibahas.

3.   Tujuan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

4.    Kegunaan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.

5.   Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas.

6.   Definisi Istilah
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya.

7.  Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:
1.      nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,
2.      tahun penerbitan
3.      judul, termasuk subjudul
4.      kota tempat penerbitan, dan
5.      nama penerbit.

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)

Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
    Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )
 
2. Rumusan Masalah
    Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )
 
3. Tujuan Penelitian
    Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
 
4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
    Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
    Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
    Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
 
5. Kegunaan Penelitian
    Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
 
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
    Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.
 
7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
    Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.
 
8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
    Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
    Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)
 
9. Metode Penelitian
    Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
 
a. Rancangan Penelitian
    Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)
 
b. Populasi dan Sampel
    Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
 
c. Instrumen penelitian
    Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
    Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.
 
d. Pengumpulan Data
    Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
 
e. Analisis Data
    Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
    Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. 
 
10. Landasan
    Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
    Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.
 
11. Daftar Rujukan
    Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.

Definisi Penelitian ilmiah skripsi, tesis, disertasi dan penelitian

Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah.
suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat daripada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk akan menetapkan faktor-faktor pokok atau akan menemukan paham-paham baru dalam mengembangkan metode-metode baru.
penyedilidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan utnuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

Dari kelima definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/ menguji kebenaran).
  2. Dengan cara/kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan)
  3. Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah.

Sedangkan sifat atau ciri dari penelitian itu sendiri: (1) pasif, hanya ingin memperoleh gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan, (2) aktif, ingin memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesa.
Posisi penelitian sendiri pada umumnya adalah menghubungkan: (1) Keinginan manusia, (2) permasalahan yang timbul, (3) ilmu pengetahuan, dan (4) metode ilmiah.

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF



A. Judul

COOPERATIVE LEARNING DAN ANALISIS SIKAP DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KENAKALAN SISWA SMK SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KUALITAS LULUSAN SMK (STUDI KASUS SISWA JURUSAN TEKNIK BANGUNAN SMK DI XXXX)

B. Pendahuluan

Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMK di Semarang mengatakan bahwa sebagian besar siswa SMK sangat sulit dikendalikan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa banyak yang bertindak sekeinginan hatinya. Kenyataan yang terjadi saat ini, ada guru yang sama sekali tidak dihiraukan oleh siswanya sendiri.
Guru telah mencoba untuk mengatasinya, tetapi masih saja guru belum berhasil untuk memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas dan dosen, sampailah pada suatu intuisi bahwa pada umumnya dalam belajar, siswa menginginkan sebuah suasana yang harmonis dan menyenangkan. Tetapi permasalahan tidak berhenti pada hal itu saja. Konsep menyenangkan antara guru dan siswa SMK sangatlah berbeda dan sangat sulit untuk dapat dipertemukan kedua konsep tersebut sehingga permasalahan tersebut tetap saja berlangsung sampai dengan saat ini.
Dengan permasalahan tersebut, yang terjadi saat ini adalah rendahnya hubungan antar personal guru dengan siswa SMK. Guru hanya mementingkan tugas mengajar tanpa mengikutsertakan tugas membimbingnya. Dan siswa pun akhirnya menjadi acuh tak acuh, sehinga proses pendidikan yang terjadi di sekolah menjadi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya permasalahan tersebut dapat diduga bahwa akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Outhred & Michelmore dalam Silberman (2001) bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang diberikan selama sekolah seakan-akan menjadi sia-sia. Mereka hanya secara formalitas bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, dan akhirnya orientasi mereka bersekolah pun menjadi lain. Sikap seperti inilah yang kemudian dilampiaskan kepada tawuran dan hal-hal negatif lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa siswa SMK mudah untuk melakukan tawuran. Tanpa ikatan yang kuat dari sekolah bukan hal yang mustahil jika setiap hari terjadi perkelahian di sebuah SMK.
Untuk mengatasi permasalahan yang diuraikan tersebut perlu adanya suatu penelitian yang menerapkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada materi pelajaran. Selain itu juga perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengukur sikap siswa dan guru dalam pembelajaran. Penelitian ini difokuskan kepada siswa dan guru SMK jurusan teknik bangunan.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang telah diuraikan dalam pendahuluan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
Bagaimanakah cara meningkatkan minat siswa SMK untuk belajar?
Untuk menjawab permasalahan tersebut akan di jawab melalui penelitian dengan berdasarkan pada refleksi awal (keadaan sebelum penelitian dilakukan).
Selanjutnya permasalahan yang ada diuraikan dalam pertanyaan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah cara untuk mengurangi tingkat kenakalan siswa SMK?
b. Metode pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa SMK dalam proses pembelajaran dalam kelas?
c. Bagaimanakah hubungan guru dan siswa SMK yang seharusnya?

D. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut.
Untuk memecahkan masalah pertama dilakukan dengan mengadakan diskusi antar pihak yang terkait di luar siswa yang bersangkutan, kemudian dirumuskan pemecahannya. Selain itu dilakukan penelitian kualitatif yang menganalisis sikap siswa dan hubungannya dengan guru di kelas.
Untuk memecahkan masalah kedua akan digunakan strategi pembelajaran kooperatif, di mana dalam metode ini dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Untuk memecahkan masalah ketiga peneliti akan menggunakan analisis sikap guru dan siswa. Guru dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sejauhmana sikap guru terhadap siswa dan sebaliknya sejauhmana sikap siswa terhadap guru kelasnya. Dengan analisis sikap ini nantinya akan dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif
Dalam strategi pembelajaran perlu dikembangkan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar aktif . Belajar aktif meliputi
...............................................................dst.

Kamis, 18 November 2010

Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
4
Gambar 3. Faktor yang mempengaruhi respons manusia terhadap stimulus (modifikasi
Covey,2004)
Oleh karena itu, pengelolaan manusia dalam sebuah organisasi harus dilakukan dengan memperhatikan aspek pembentuk respon (output) selain melihat sisi inputnya. Dalam sebuah penelitian, bahkan, manusia dapat memperbaiki input yang salah sehingga menjadi benar seperti yang terdapat pada gambar berikut :
Gambar 4. Sebuah tes yang dikembangkan Cambridge University untuk menganalisa
intelegensia manusia.
It's so isentnreitg
Aoccdrnig to a rscheearch at Cmabrigde Uinervtisy, it deosn't mttaer in waht oredr the ltteers in a wrod are, the olny iprmoetnt tihng is taht the frist and lsat ltteer be at the rghit pclae. The rset can be a total mses and you can sitll raed it wouthit porbelm. Tihs is bcuseae the huamn mnid deos not raed ervey lteter by istlef, but the wrod as a wlohe.
Amzanig huh
any
stimulus
“freedom”
ilmu/pengetahuan, pengalaman, asumsi,
lingkungan, kondisi psikologis
Somealterna
tiverespons
Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
5
Organisasi yang efektif
Setelah membahas mengenai perbedaan antara respon manusia, mesin tingkat rendah dan mesin berbasis artificial inteligence dalam sebuah organisasi, langkah selanjutnyaa adalah bagaimana memberdayakan organisasi dengan efektif. Sebuah organisasi dapat dilihat dari tiga hal menurut sifat pembentukannya :
Sekumpulan individu yang bergabung dan bekerjasama atas dasar kesamaan
tujuan/ide (goal)
Sekumpulan individu yang bergabung dan bekerjasama atas dasar kesamaan misi
(mission)
Sebuah kelompok yang gabung atas dasar visi dan prinsip
1. Organisasi yang terbentuk atas kesamaan tujuan/ide (goal) adalah organisasi yang mudah tumbuh, tapi juga mudah hilang. Organisasi ini biasanya bertujuan jangka pendek. Contoh yang nyata adalah organisasi-organisasi yang timbul pada saat kampanye dalam mensukseskan satu calon di pilkada (pemilihan kepala daerah). Organisasi ini mengusung ide untuk mendukung satu calon, yang bila pilkada usai baik dengan hasil kemenangan calon yang didukungnya ataupun sebaliknya, selesai pula usia organisasi tersebut.
2. Organisasi atas dasar kesamaan misi, misalnya organisasi yang bersifat hobi atau tujuan jangka menengah. Sebagai contoh adalah organisasi kemahasiswaan, organisasi partai politik, organisasi pencinta komputer, bahkan perusahaan. Organisasi-organisasi ini biasa tempat berkumpul orang-orang yang memiliki kesamaan misi, misalnya untuk aktif bertukar pikiran mengenai kemampuan menguasai komputer, terlibat dalam politik, atau memiliki banyak kenalan. Organisasi ini tidak menyatukan ide-ide jangka pendek ataupun visi anggotanya.
3. Organisasi yang bergabung atas dasar visi atau prinsip, misalnya organisasi keagamaan, organisasi sosial. Organisasi ini lebih mementingkan visi yang sama antar anggotanya, biasanya tidak memikirkan hal-hal yang bersifat material dan memiliki anggota yang loyal/fanatik.
Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
6
Gambar 5. Diagram pencapaian visi, goal, dan misi
Dari gambar di atas, visi adalah tujuan jangka panjang yang bersifat idealis. Biasanya visi mengacu pada prinsip dan norma yang terdapat pada lingkungan anggota dan sekitar organisasi tersebut. Sebagai contoh, visi yang sering kita dengar adalah mencapai manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan setia pada Negara Republik Indonesia yang berdasar pada ideologi Pancasila. Visi ini tidak mungkin muncul di negara yang bersifat komunis dan tidak mengakui adanya Tuhan. Ini membuktikan bahwa visi dipengaruhi oleh tujuan idealis anggota dan lingkungan sekitar organisasi tersebut. Dalam perkembangannya, sisi manajerial yang berbasiskan atas visi (visioner leadership) yang dikemukakan dalam buku kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi (Goleman dkk, 2004) dan Principle Centered Leadership (Covey,1997b) menjadi penting untuk dipelajari.
Goal atau tujuan jangka pendek. Misalnya, pada tahun 2008 PON XVI harus
diselenggarakan dengan baik oleh propinsi Kalimantan Timur. Tujuan jangka pendek ini biasanya merupakan pencapaian yang nyata (feasible achivement) dengan kriteria-kriteria pencapaian yang terukur (measurable). Organisasi yang berorientasi pada pencapaian-
Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
7
pencapaian jangka pendek umumnya bersifat seperti pemadam kebakaran. Setiap ada masalah atau tujuan jangka pendek, baru dipikirkan cara pencapaiannya. Manajemen ini dikenal dengan istilah management by objective (MBO). Perihal pusat tujuan organisasi ini dijelaskan oleh Robins, 1996 dan Covey,1997b.
Mission atau misi, adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan. Organisasi yang
lebih mementingkan proses dibanding hasil ataupun visi. Keanggotaannya umumnya tidak mengikat dan bersifat keluar masuk. Bila proses sudah dilalui maka keterikatan terhadap organisasi menjadi longgar. Mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya akan cenderung menjaga jarak dari organisasi kemahasiswaan, karena proses tersebut tidak sesuai dengan misi yang saat ini diemban. Mahasiswa yang baru masuk diharapkan dapat menggantikan posisinya.
Sebuah organisasi yang baik harus membuat cetak biru (blue print) ataust rat egi c
vision dari sebuah organisasi. Istilah ini dikenal dengan nama sustainable leadershipat au
kepemimpinan berkelanjutan.
Pencapaian yang sudah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya hendaknya tidak dilakukan kembali, atau dalam istilah organisasi disebut dengan reinventing the wheel.
Dalam konsep kepemimpinan berkelanjutan, perlu diperhatikan :
1. Cara Penetapan Tujuan/Goal
Cara penetapan tujuan atau goal dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu parameter sukses yang bisa diukur (measured), variabel-variabel yang tersedia saat ini (existing variable), dan analisis atas TOWS (threat, oportunity,
weakness, dan strength) dari tim yang ada. Contoh parameter terukur adalah
acara terlaksana dengan baik apabila dihadiri setidaknya 80 % dari target peserta, setiap pembicara hadir, konsumsi tidak bermasalah, jadual tepat waktu. Variabel yang tersedia saat ini misalnya fasilitas organisasi, keadaan ekonomi target peserta, dan sebagainya. Menurut PT Astra International, konsep SWOT sebaiknya diganti dengan TOWS, karena berimbas pada cara pandang anggota- anggota dalam organisasi. TOWS lebih berorientasi pada pandangan keluar (outwoard) ketimbang kedalam (inward). Dalam bukunya, Covey, 1997a. menjelaskan konsep-konsep dasar perkembangan organisasi mengutamakanw in-
win solutiondan empathy yang merupakan teknik memandang tantangan dan
Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
8
kesempatan yang akan dihadapi dengan basis proaktif danfirst-think-first yang
merupakanst rengt h danw eakness dari organisasi.
2. Cara Penetapan Visi
Dalam penetapan visi, petunjuk manajerial yang baik akan mengacu pada antisipasi pengembangan masa depan, dalam hal ini forward looking. Mampu melihat prioritas pengembangan dengan mengerjakan sesuatu yang penting tetapi belum mendesak. Penetapan visi dilakukan dengan melihat pencapaian strategis yang memungkinkan untuk dicapai, dan memperhitungkan sumber daya dan lingkungan yang dapat dikontrol, bukan sekedar dimiliki. Contoh sumber daya dapat dikontrol adalah bantuan pihak ketiga (third party), “lawan dan kawan”, serta sumber daya yang dapat dijangkau kedepannya.
Gambar 6. Perbedaan pola pikirgoal dan visi
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi yang efektif
Sunber daya manusia adalah objek paling vital dalam sebuah organisasi. Hampir tidak ada organisasi di dunia yang tidak mengurusi aspek sumber daya manusia. Dalam dunia konvensional (materialis, kapitalis) dikenal dengan divisi human resource
development (HRD), divisi kepegawaian (employee board). Di dunia ekonomi baru atau
VISION
GOAL
GOAL
GOAL
Controlled environment & resources
Strategic achievement
Forward looking
Measured
parameter,
Existing
Vars,
Team
TOWS
Manajemen Organisasi
Sanitasi-OMB-2005
Anton Rahmadi
9
berbasis syariah dikenal dengan istilah sumber daya insani, masyarakat madani, dan
sebagainya.
Pengembangan manusia di level organisasi kemahasiswaan memegang aspek paling utama. Tingkat pergantian pimpinan yang cepat (kurun waktu satu tahun) memerlukan transfer pengetahuan dan konsep sustainable leadership yang baik. Tanpa konsep yang jelas, arah perkembangan (path of development) dari organisasi mahasiswa cenderung tidak jelas. Sebagai contoh adalah pola rekrutmen, regenerasi dan suksesi dalam organisasi mahasiswa harus dilakukan dengan jelas.
Rekrutmen ditujukan untuk memperbanyak anggota dan simpatisan, regenerasi artinya melakukan transfer atas visi, misi, dan goal, sehingga tim berikutnya selaras dan serasi dengan tim sebelumnya. Regenerasi bersifat mentransfer kemampuan teknis dari tim sebelumnya. Suksesi bertujuan untuk melanjutkan strategic vision dari tim sebelumnya.
Gambar 7. Proses rekrutmen, regenerasi, dan suksesi organisasi dan perusahaan
Student organization
entrance
Clerical entrance
Management trainee
entrance
LEADER
OPERATIONAL
DIRECTOR
HRD / RnD /
STRATEGIC
DIRECTOR
HEAD OFFICE
BRANCH
OPERATIONAL MGR
HEAD OFFICE
BRANCH/FABRICS/
DEVEL. MGR/
MARKETING /
ANALYTICAL
OFFICER
OPERATIONAL
STAFF
ORGANISATIONAL
STAFF
MEMBER

Share & Embed

More from this user

Recent Readcasters

Muhammad Fery Sofiandi Aziz
Wonk Kampoeng
Anang Hariono
Fee ManKzz MoEt
Naruse Manthony
Teguh Setiawan
Rudi Fanani
Imran Hasanuddin
Abdul Munif
Agus Sanjaya

Add a Comment