baron

mahasiswa universitas karimun

Laman

Selasa, 06 April 2010

Logika

Sekarang kita akan me-refresh kembali ingatan kita tentang logika. Kita mulai dengan ulasan singkat sejarah logika yang diurutkan  berdasarkan perkembangan serta tokoh-tokoh pelakunya pada setiap masanya, artikel ini ditujukan khusus kepada penguasaan sejarahnya saja.
Logika
Logika
Ada tiga tahapan yang dilalui oleh kata ‘logika’ sampai kemudian dikemas menjadi ilmu. Tahap pertama adalah tentang ‘kata’  logika itu sendiri, kapankah kata itu pertama sekali di pakai sebagai istilah? Dari bukunya Bertrand Russell “History of Western Philosophy” diceritakan bahwa kata ‘logika’ itu pertama sekali digunakan oleh Zeno dari Citium.
Setelah itu kemudian diketahui juga bahwa ternyata Plato dan Socrates juga sudah banyak melibatkan logika dalam banyak pembahasannya, tapi mereka (Plato dan Socrates,red) belum atau tidak sampai kepada tahap memformalkan logika sebagai ilmu.
Logika pertama sekali diperkenalkan sebagai ilmu oleh Aristoteles dan kemudian di sebarkan kepada pengikutnya sampai kemudian masuk ke dunia islam.
Menurut bukunya Richard B.Angel “Reasoning and Logic” , Aristoteles sendiri meninggalkan enam buah buku khusus yang membicarakan ilmu logika ini yang oleh murid-muridnya diberi nama “Organon”.
Keenam buku tersebut adalah Categoriae (mengenai pengertian-pengertian), De Interpretatiae (Mengenai keputusan-keputusan) Analitica Priora (mengenai silogisme) Analitica Posteriora ( Mengenai pembuktian) Topika (mengenai berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (mengenai kesalahan-kesalahan berpikir).
Adalah Theoprostus yang kemudian mengembangkan ilmu logika Aristoteles itu dan sekaligus menyebarkannya sampai dikemudian hari masuk kedalam dunia islam.
Didunia islam, ilmu logika ini tidak diterima begitu saja dengan mulus, tapi direspon dengan berbagai macam pendapat oleh tokoh-tokoh islam terkemuka. Ibnu Salih dan Imam Nawawi misalnya, mereka sangat menentang penggunaan ilmu logika. Penentangan mereka itu bukan hanya sebatas menentang tidak setuju atau tidak sepakat tapi jauh lebih keras dari itu. Penentangan mereka sampai kepada mengharamkan ilmu logika untuk digunakan didalam dunia islam.
Namu demikian, sebagian besar dari mereka (Jumhur Ulama) membolehkan mempelajari ilmu logika dengan syarat  orang-orang yang akan mempelajarinya sudah kokoh iman dan cukup akalnya.
Selain penolakan yang tegas serupa diatas, diantara mereka ada juga yang malah menganjurkannya, seperti Al-Gazali, Al-Farabi , Al-Kindi dan lain-lain. Al-Kindi bukan hanya menganjurkan tapi malah mempelajari dan sekaligus menyelidiki logika yunani secara khusus, bahkan Al-Farabi melakukannya lebih mendalam lagi dari apa yang sudah dilakukan oleh Al-Kindi.
Logika pada perkembanganya kemudian sempat mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika bahkan dianggap sudah tidak bernilai dan dangkal sekali, barulah pada abad ke XIII sampai dengan Abad XV tampil beberapa tokoh lain seperti Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Ocham yang coba mengangkat kembali ilmu logika sebagai salah satu ilmu yang penting untuk disejajarkan dengan ilmu-ilmu penting lainnya.
Pada abad ke XVII dan XVIII muncul lagi tokoh-tokoh berikutnya seperti Francis Bacon membuat buku “Novum Organum Scientiarum” yang bahas-annya antara lain tentang metode induksi yang terkenal itu. Imanuel Kant dengan Logika Transendental- nya dan W. Leibnitz dengan Logika Aljabar.
Kemudian berikutnya muncullah tokoh-tokoh pencetus dan sekaligus orang yang paling dianggap berjasa dalam pengembangan ilmu logika modern, seperti Bertrand Russell, George Boole dan G.Frege. Dari tangan-tangan mereka inilah kemudian ilmu logika sampai kepada kita.

Tidak ada komentar: